Ini yang Perlu Kamu Tahu soal Perang Hamas dan Israel

10 Oktober 2023 13:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pria berlari di jalan saat api berkobar setelah roket diluncurkan dari Jalur Gaza, di Ashkelon, Israel, Sabtu (7/10/2023).  Foto: Amir Cohen/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pria berlari di jalan saat api berkobar setelah roket diluncurkan dari Jalur Gaza, di Ashkelon, Israel, Sabtu (7/10/2023). Foto: Amir Cohen/REUTERS
ADVERTISEMENT
Pertempuran antara Israel dan kelompok militan Palestina, Hamas, sudah memasuki hari keempat pada Selasa (10/10). Eskalasi konflik diperkirakan akan terus meningkat, lantaran belum ada tanda-tanda kedua pihak untuk bernegosiasi dan menyepakati gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
Konflik dikhawatirkan bakal berlangsung lama seiring dengan janji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghancurkan Hamas dengan kekuatan yang 'belum pernah terjadi sebelumnya'.
"Sebagai Perdana Menteri Israel, saya katakan dengan terus terang, hari-hari yang sulit masih ada di depan kita," kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Senin (9/10), dikutip dari CNN.
Warga Palestina memeriksa kehancuran di lingkungan yang rusak parah akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati Kota Gaza, Senin (9/10/2023). Foto: MAHMUD HAMS / AFP
Selain itu, bara konflik semakin membubung tinggi dengan keputusan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memblokade total area Gaza, serta menghentikan aliran listrik, makanan, air, dan bahan bakar ke daerah kantong Palestina tersebut.
Beberapa jam kemudian, juru bicara Hamas membalasnya dengan ancaman yang tidak kurang menyeramkan — mengatakan bakal mulai membunuh para warga sipil yang mereka sandera dan menyiarkannya secara online, jika Israel menargetkan Gaza tanpa peringatan.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja yang sudah terjadi selama 4 hari konflik pecah antara Hamas dan Israel?

Serangan 'Surprise' dari Hamas

Kelompok militan yang telah menguasai Jalur Gaza sejak 2007 ini meluncurkan serangan pertama kalinya pada Sabtu (7/10). Serangan yang dinamakan 'Operasi Badai Al-Aqsa' merupakan yang paling masif dan serius .
Roket ditembakkan dari Gaza menuju Israel, di Gaza, Sabtu (7/10/2023). Foto: Mohammed Salem/REUTERS
Sedikitnya 2.500 rudal ditembakkan dari Jalur Gaza ke Israel, ratusan pejuang Hamas dikerahkan ke wilayah perbatasan dan permukiman ilegal Israel — bahkan dengan menggunakan teknik baru, paralayang.
Sedikitnya 900 orang — termasuk lebih dari 260 warga sipil yang menghadiri festival musik di dekat perbatasan Gaza dilaporkan tewas dalam waktu kurang dari satu hari. Ribuan orang luka-luka sementara puluhan lainnya disandera Hamas.
ADVERTISEMENT

Deklarasi Perang

Sehari setelah serangan Hamas pecah, Netanyahu pada Minggu (8/10) mendeklarasikan perang terhadap Hamas dan menerapkan darurat militer di penjuru Israel.
"Rakyat Israel, kita sedang berperang, bukan eskalasi. Ini sebuah perang!" kata Netanyahu, seperti dikutip dari BBC.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, memberikan keterangan terkait hasil pemilihan umum Israel di markas partai Likud di Yerusalem,Israel, Rabu (24/3). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
"Musuh akan membayar harga yang tidak pernah mereka terima. Saya menyerukan warga Israel mematuhi instruksi dari tentara," imbuhnya.
Sebagai tanggapannya, Netanyahu memerintahkan serangan udara di Jalur Gaza sebelum akhirnya memutus akses bantuan kemanusiaan ke wilayah itu.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan korban tewas pada Senin (9/10) telah mencapai 687 orang, termasuk 140 di antaranya anak-anak.

Sandera di Gaza

Menurut laporan awal, diperkirakan ada puluhan orang yang menjadi tawanan Hamas di Gaza yang terdiri dari warga sipil hingga pejabat tinggi militer Israel.
ADVERTISEMENT
Namun, pihak berwenang menyatakan angka tawanan Israel saat ini sudah bertambah. "Pihak berwenang Israel meyakini bahwa hingga 150 sandera ditahan di Gaza ketika mereka mengepung daerah kantong tersebut dalam upaya untuk melenyapkan kemampuan teroris Hamas," kata Duta Besar Israel untuk PBB, pada Senin (9/10).
Seorang wanita berdiri di ruangan yang rusak setelah roket diluncurkan dari Jalur Gaza, di Ashkelon, Israel, Sabtu (7/10/2023). Foto: Amir Cohen/REUTERS
Terpisah, Hamas mengeklaim pihaknya telah menyandera seorang Mayor Jenderal yang bertugas sebagai komandan di Israeli Defense Forces (IDF), Nimrod Aloni (50 tahun).
Klaim Hamas atas penyanderaan Aloni hingga kini belum diverifikasi kebenarannya oleh IDF maupun pemerintah Israel.
Perkembangan terbaru dari konflik menunjukkan, Hamas memperingatkan Israel mereka dapat mengeksekusi tawanan sipil apabila IDF menargetkan serangan ke orang-orang di Gaza tanpa peringatan.

Gaza Dikepung

Gallant pada Senin (9/10) memerintahkan bakal memblokade total area Jalur Gaza — termasuk melarang akses pasokan seperti makanan, air, bahan bakar, dan listrik kepada sedikitnya 2,3 juta warga Palestina yang berada di sana.
ADVERTISEMENT
"Kami menempatkan pengepungan total di Gaza. Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada gas — semuanya ditutup," kata Gallant, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Warga Palestina memeriksa kehancuran di lingkungan yang rusak parah akibat serangan udara Israel di kamp pengungsi Shati Kota Gaza, Senin (9/10/2023). Foto: MAHMUD HAMS / AFP
Menurut PBB, lebih dari 187 ribu rakyat Palestina terpaksa mengungsi dan 137 ribu lainnya berlindung dari serangan Israel di penampungan PBB di Gaza yang berkapasitas 90 persen.
Semalaman, Israel dilaporkan masih melanjutkan pengeboman tanpa henti di Gaza, menghantam bangunan hunian sipil dan menewaskan sedikitnya dua wartawan Palestina.

Korban Tewas

ADVERTISEMENT
Menurut laporan terakhir, jumlah korban tewas di pihak Palestina saat ini mencapai 687 orang di Gaza, lebih dari 900 orang di pihak Israel, sedikitnya 17 orang Palestina di Tepi Barat, dan 4 pejuang Hizbullah di Lebanon.
ADVERTISEMENT
Adapun pasukan Hizbullah beserta Iran selama bertahun-tahun telah menjadi sekutu dekat Hamas — menjadikannya sebagai musuh besar Israel dan beberapa negara Barat.
Selain warga Israel, Palestina, dan Lebanon konflik tersebut juga menewaskan berbagai warga negara asing. Di antaranya dilaporkan berasal dari Thailand, Argentina, Kamboja, dan Amerika Serikat.

Seruan Internasional

Berbagai desakan internasional muncul untuk mengakhiri konflik Hamas dan Israel. Meski begitu, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Minggu (8/10) negara anggota gagal mencapai suara bulat untuk mengecam Hamas.
Kementerian Luar Negeri RI telah meminta warga negara Indonesia untuk segera meninggalkan Israel dan Palestina. Tercatat ada 45 WNI di Palestina yang tersebar; 10 WNI berada di Gaza dan 35 WNI berada di Tepi Barat.
Warga memeriksa sebuah masjid yang hancur akibat serangan Israel di Khan Younis, di Jalur Gaza, Minggu (8/10/2023). Foto: Ibraheem Abu Mustafa/REUTERS
Selain 45 WNI tersebut, terdapat 230 WNI yang sedang melakukan wisata religi di berbagai titik di Israel. Hingga saat ini tidak ada WNI yang menjadi korban dalam konflik tersebut.
ADVERTISEMENT
"Menimbang situasi keamanan terakhir dan demi keselamatan para WNI, Pemerintah Indonesia mengimbau agar WNI yang berada di wilayah Palestina maupun Israel segera meninggalkan wilayah tersebut," demikian pernyataan resmi Kemlu RI Selasa (10/10).
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, juga melayangkan seruan damai kepada Hamas dan Israel untuk kembali mengacu pada two-state solution demi menciptakan perdamaian di Timur Tengah.