Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kecelakaan Serupa Tol Cipularang Juga Pernah Terjadi di Tol Semarang-Solo
12 November 2024 14:30 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Olah TKP yang dilakukan tim Traffic Accident Analysis Dirlantas Polda Jawa Barat di lokasi kecelakaan beruntun Tol Cipularang KM 92 B arah Jakarta, menemukan fakta bahwa saat kejadian, posisi persneling truk berada di gigi 4.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pemeriksaan sementara, Wadirlantas Polda Jabar, AKBP Edwin Affandi mengatakan, posisi gigi tersebut tidak ideal untuk melewati medan jalan menurun.
"Dalam posisi menurun, persneling seharusnya berada di posisi rendah untuk memaksimalkan engine brake. Artinya di turunan seperti ini, pengemudi tidak menggunakan engine brake secara maksimal," ungkapnya kepada wartawan di lokasi kejadian, Selasa (12/11).
Tak pelak ditambah kondisi jalan menurun dan hujan, truk melaju tanpa kendali hingga menabrak kumpulan mobil di depannya yang tengah mengantre karena macet.
Sebelumnya Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, posisi gigi tinggi kerap menjadi faktor penyebab terjadinya tabrakan beruntun.
“Jadi banyak kemungkinan ya. Saat di jalan menurun kemudian kendaraan besar ketika pengemudinya menggunakan gigi tinggi, pengereman panjang berulang, maka bisa jadi remnya mengalami blong,” kata Wildan saat dihubungi kumparan, Senin (11/11).
Kecelakaan serupa terjadi April 2023 di ruas Tol Semarang-Solo
Benar saja, kecelakaan serupa rupanya pernah terjadi di ruas Tol Semarang-Solo KM 487+600 pada 14 April 2023. Kecelakaan berupa tabrakan beruntun yang melibatkan truk trailer dengan enam truk dan satu mobil penumpang.
ADVERTISEMENT
Mengacu laporan Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KNKT tabrakan tersebut terjadi di ruas jalan tol yang menurun panjang arah Solo. Namun pada saat itu pengemudi menggunakan gigi transmisi tujuh.
Saat melintas di ruas tersebut, penumpang yang berada di kabin truk trailer menyampaikan ke pengemudi bahwa indikator penunjuk persediaan udara tekan dalam tabung yang berada di dashboard menyala, dan dimengerti oleh pengemudi.
Tidak lama kemudian, laju truk trailer semakin kencang. Pengemudi berusaha mengurangi kecepatan dengan service brake (pedal rem) namun truk tetap melaju kencang. Setelah beberapa kali melakukan pengereman, indikator penunjuk persediaan udara tekan dalam tabung menyala kembali.
Mengetahui indikator menyala kembali, penumpang dan pengemudi panik (takut dengan mendadak sehingga tidak dapat berpikir dengan tenang). Hanya saja pengemudi tetap berusaha mengurangi kecepatan dengan service brake.
ADVERTISEMENT
Namun truk tetap melaju kencang. Pengemudi juga membunyikan klakson untuk memberikan peringatan ke pengemudi di sekitarnya, termasuk mobil penumpang Isuzu Elf dan truk boks yang melaju di depannya.
Truk trailer pun berpindah lajur dari kiri ke kanan. Tapi pada saat yang sama Isuzu Elf juga hendak berpindah lajur untuk menyalip truk boks. Karena truk trailer bergerak lebih cepat, terjadilah tabrakan dengan Isuzu Elf.
Truk trailer kemudian hilang kendali dan menabrak beberapa kendaraan yang sedang berhenti di on ramp (segmen atau bagian jalan masuk untuk masuk ke jalur utama dari rest area). Kecelakaan terjadi sekitar pukul 04.00 WIB dan kondisi cuaca tidak hujan.
Tabrakan beruntun ini mengakibatkan delapan orang meninggal dunia, satu orang luka berat, dan 13 orang luka ringan. Semua korban dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Arang Boyolali dan RS Indriati Boyolali.
ADVERTISEMENT
Dari hasil investigasi di lapangan, ditemukan informasi pengemudi truk trailer baru pertama kali melintas di ruas jalan tol Semarang-Solo.