Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.0
Rupiah Anjlok ke Rp 16.164 per Dolar AS, BI Gerak Cepat Stabilkan Nilai Tukar
16 April 2024 12:20 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menanggapi nilai tukar rupiah anjlok terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 11:58 WIB, rupiah telah anjlok 316 poin (1,99 persen) ke level Rp 16.164,5 per dolar AS .
ADVERTISEMENT
Perry mengatakan BI melakukan intervensi baik melalui transaksi spot maupun transaksi domestic non delivery forward (DNDF). DNDF merupakan transaksi forward non-dolar AS terhadap rupiah yang dilakukan di pasar domestik, dengan penyelesaian memperhitungkan selisih antara kurs domestic non-deliverable forward dan kurs acuan.
“BI selalu ada di pasar dan kami akan memastikan nilai tukar akan terjaga gitu, kita lakukan intervensi baik melalui spot maupun (domestic) non delivery forward (DNFD),” ujar Perry di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (16/4).
Perry memastikan BI melakukan penjajakan koordinasi dengan pemerintah dengan fiskal untuk menjaga kebijakan moneter dan fiskal.
“Kami pastikan kami di pasar untuk melakukan langkah stabilisasi. Nanti ada (arahan dari Presiden Jokowi),” imbuh Perry.
Karena Iran dan Israel
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto bilang anjloknya rupiah dipengaruhi oleh memanasnya konflik antara Iran dan Israel .
ADVERTISEMENT
Selama periode libur lebaran, terdapat perkembangan di global salah satunya rilis data fundamental US makin menunjukkan bahwa ekonomi US masih cukup kuat seperti data inflasi dan retail sales yang berada di atas ekspektasi pasar.
"(Rupiah melemah karena) memanasnya konflik di timur tengah khususnya konflik Iran-Israel," kata Edi.
Edi menjelaskan, kedua sentimen global tersebut menyebabkan menguatnya potensi risk off atau perubahan dalam aktivitas investasi dalam merespons pola ekonomi global. Sehingga mata uang negara berkembang khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD.
"DXY selama periode libur lebaran menguat sangat signifikan yaitu dari 104 menjadi di atas 106 (bahkan per pagi ini sudah mencapai angka 106,3). Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp 16.000, atau sudah di sekitar Rp 16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," jelasnya.
ADVERTISEMENT
BI akan melakukan tiga langkah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pertama, menjaga keseimbangan supply dan demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
Kedua, meningkatkan daya tarik aset rupiah untuk mendorong capital inflow. Misalnya melalui daya tarik SRBI dan hedging cost.
"Terakhir, kami akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait, seperti dengan pemerintah, Pertamina dan lainnya," terang Edi.
Sementara itu pengamat pasar uang, Ariston Tjendra menjelaskan indeks Dollar AS saat ini sudah bergerak di atas kisaran 106. Sementara selama libur lebaran masih di kisaran 105, dan sebelum lebaran di kisaran 104.
"Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dollar AS belakangan ini," kata Ariston kepada kumparan, Selasa (16/4).
Dia mencatat selama libur Lebaran kemarin rilis data inflasi konsumen AS bulan Maret lebih tinggi dari ekspektasi pasar, ini menurutnya menurunkan ekspektasi bahwa the Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, konflik di Timur Tengah terutama serangan balasan Iran yang langsung ke negara Israel menaikan ketegangan di wilayah tersebut dan mengundang kekhwatiran pasar akan munculnya perang baru dimana perang akan menyebabkan gangguan suplai, meningkatkan inflasi, memicu pelambatan ekonomi global," kata Ariston.
"Sehingga pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dan memicu penguatan dollar AS dan harga emas sebagai aset aman," sambung dia.
Ariston tidak bisa memastikan berapa lama tren Rupiah di atas Rp 16.000 tetap bertahan. Yang pasti, dia menilai tekanan Rupiah dari dolar AS masih besar karena dipengaruhi sentimen-sentimen yang dia jelaskan itu.
"BI pun mungkin akan melakukan intervensi untuk menjaga Rupiah tidak melemah jauh," pungkasnya.
ADVERTISEMENT