Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0

ADVERTISEMENT
Wafatnya Paus Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi umat Katolik seluruh dunia. Namun, kepergiannya kemudian meninggalkan pertanyaan besar mengenai siapa yang menjadi kandidat pengganti.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum memutuskan siapa yang akan menjadi paus berikutnya, akan digelar terlebih dahulu tradisi konklaf.
Tradisi konklaf yang berjalan selama 8 abad ini menjadi salah satu kegiatan penting untuk menentukan pemimpin Katolik Roma dan dunia. Istilah konklaf pertama kali digunakan Paus Gregorius X pada 1274.
Penetapan waktu konklaf ditetapkan pada abad pertengahan karena butuh perjalanan berminggu-minggu ke Roma.
Selama konklaf, para kardinal akan ditempatkan di Kapel Sistina untuk memilih paus yang baru. Selama konklaf, kardinal didampingi paling banyak dua asisten dan tidak boleh membawa alat komunikasi apa pun dan tidak boleh berkomunikasi keluar dengan siapa pun.
Setelah misa di Kapel Sistina, asisten kardinal diminta keluarga dan kapel pun dikunci. Para kardinal kemudian mengadakan pemilihan secara rahasia.
ADVERTISEMENT
Syarat untuk menjadi paus adalah laki-laki Katolik yang sudah dibaptis dan berusia lebih dari 30 tahun. Namun, syarat utamanya adalah paus harus dipilih dari mereka yang sudah menduduki jabatan tertinggi di Gereja Katolik, yaitu kardinal.
Menjadi kardinal, berarti dia harus melewati tahapan hierarki gereja dari paling bawah: diakon, imam, uskup.
Dibutuhkan 2/3 suara dari para kardinal (Dewan Kardinal) pemilih yang berumur kurang dari 80 tahun untuk memilih paus baru. Selama pemilihan, para kardinal akan diberikan kertas putih yang atasnya tertulis 'Eligo in summun pontificem', dan akan menulis nama kardinal yang ingin dipilih.
Setelah diisi, para kardinal akan membawa kertas itu untuk dimasukkan ke dalam kotak yang disediakan di depan altar. Di akhir pemilihan, kertas itu akan dibakar dengan ditambahkan bahan kimia yang akan mengeluarkan asap.
ADVERTISEMENT
Sejumlah spekulasi sudah bermunculan sejak beberapa waktu lalu. Para pengamat mengatakan, beberapa kardinal tingkat tinggi dari sejumlah negara muncul sebagai kandidat utama dan berpeluang kuat menjadi paus berikutnya.
Siapa saja mereka? Berikut daftarnya dikutip dari Newsweek, Senin (21/4):
Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina
Kardinal Luis Antonio Tagle (67) dengan peluang 3:1 di bursa pencalonan paus, dianggap sebagai salah satu kandidat kuat untuk melanjutkan agenda progresif Paus Fransiskus. Tagle, seorang advokat untuk inklusi dan evangelisasi, memiliki pengalaman signifikan dalam memimpin Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa dan merupakan tokoh tepercaya di lingkaran dalam Paus Fransiskus.
"Secara keseluruhan, saya pikir fakta bahwa menurut hitungan saya lebih dari 100 pemilih paus yang memenuhi syarat ditunjuk oleh Fransiskus dapat berdampak besar pada hasilnya," kata Cristina Traina, profesor di Universitas Northwestern, seperti dikutip dari Newsweek.
ADVERTISEMENT
"Artinya, kita mungkin tidak akan bisa mengubah prioritas Fransiskus," ucapnya.
Warisan Asia Tagle juga menjadikannya pilihan yang menarik, karena agama Katolik berkembang pesat di benua Asia, khususnya di Filipina.
Kardinal Pietro Parolin dari Italia
Kardinal Pietro Parolin (70) merupakan salah satu petinggi Vatikan yang cukup berpengalaman, dengan peluang 4:1 di bursa pencalonan. Ia mengemban tugas sebagai Sekretaris Negara Tahta Suci Vatikan sejak 2013, dan memiliki peran besar dalam hubungan diplomatik besar, termasuk negosiasi sensitif dengan pemerintah China dan Timur Tengah.
Parolin dipandang sebagai kandidat teologis moderat, seseorang yang dapat memberikan stabilitas sambil tetap mempertahankan beberapa reformasi Paus Fransiskus. Hubungannya yang erat dengan birokrasi Vatikan membuatnya menjadi pesaing kuat bagi mereka yang mendukung keberlanjutan.
ADVERTISEMENT
Kardinal Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana
Memegang peluang 5:1, Kardinal Peter Turkson (76) merupakan figur yang cukup terkenal di kalangan pegiat sosial gereja. Sebagai mantan Kepala Departemen untuk Mendorong Pembangunan Manusia Integral, Turkson cukup vokal membahas sejumlah isu global seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi.
Pemilihan Turkson akan menandai momen bersejarah sebagai paus Afrika pertama dalam beberapa abad. Sebelumnya paus dari Afrika adalah Paus Gelasius, yang menjabat dari tahun 492 hingga 496 M.
Kardinal Peter Erdo dari Hungaria
Sebagai kandidat konservatif terkemuka, Kardinal Peter Erdő (72) saat ini memiliki peluang 6:1. Sebagai sarjana hukum kanon yang disegani, Erdő telah menjadi pendukung kuat ajaran dan doktrin Katolik tradisional.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, ia menjabat sebagai Kepala Dewan Konferensi Uskup Eropa dan telah menekankan ortodoksi teologis.
Bagi mereka yang ingin kembali ke konservatisme Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI, Erdő akan mewakili pergeseran besar dari pendekatan Paus Fransiskus.
Angelo Scola dari Italia
Kardinal Angelo Scola (82) memiliki peluang 8:1 di bursa calon paus. Ia merupakan kandidat lama paus, yang juga pernah menjadi calon Paus saat konklaf tahun 2013, yang akhirnya memilih Paus Fransiskus.
Mantan Uskup Agung Milan ini memiliki akar teologis yang dalam dan menarik bagi mereka yang mendukung Gereja yang lebih tersentralisasi dan hierarkis.
Sikap tradisionalisnya menjadikannya kandidat kuat bagi mereka yang berseberangan dengan reformasi Fransiskus, tapi ia mungkin terkendala usia.
ADVERTISEMENT