Kenangan Ibunda Mahesya, Korban Bus Maut Subang: Tulang Punggung Keluarga

13 Mei 2024 16:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rosdiyana, Ibu siswa kelas XII SMK Lingga Kencana Depok yang meninggal, Mahesa, akibat kecelakaan bis maut di Subang, Senin (13/5/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rosdiyana, Ibu siswa kelas XII SMK Lingga Kencana Depok yang meninggal, Mahesa, akibat kecelakaan bis maut di Subang, Senin (13/5/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Rosdiyana mengenang sosok anak laki-lakinya, Mahesya Putra, yang menjadi korban tewas kecelakaan bus maut di Subang, Jawa Barat. Mahesya dikenang sebagai sosok yang baik dan menjadi tulang punggung keluarga.
ADVERTISEMENT
Ia berkisah, anak sulungnya tersebut rela bekerja sebagai pengangkut pasir untuk mencari biaya perpisahan sekolahnya, karena ia tak ingin menyusahkan sang ibu.
"Dia penyayang, dia pas mau berangkat [ke perpisahan] aja dia sampai ngangkutin pasir dulu buat bekal [agar mengantongi uang saku] di sana, dia mungkin enggak mau nyusahin ibunya," ujar Rosdiyana kepada wartawan usai penyerahan santunan dari Jasa Raharja di SMK Lingga Kencana, Depok, Senin (13/5).
Sejumlah keluarga dan kerabat berdoa di depan makam korban kecelakaan bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok, di TPU Parung Bingung, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
Rosdiyana mengatakan, Mahesya adalah sosok kakak yang sangat menyayangi adik-adiknya. Anak sulungnya itu merupakan tulang punggung dalam keluarga.
"Dia mau kerja, mau sambil kuliah dia mau bayar kuliah sendiri. Dia anak laki-laki satu-satunya harapan mama, dia tulang punggung keluarga," sebut Rosdiyana pilu.
Sambil berlinang air mata, Rosdiyana bercerita, anak sulungnya tersebut bercita-cita ingin membiayai pendidikan adik-adiknya setelah lulus sekolah.
ADVERTISEMENT
"Dia bilang sendiri 'Tenang aja Bu, Aa pasti beresin, pokoknya adik-adik sekolah, Aa yang bayarin', gitu dia bilang 'Aa tulang punggung keluarga ibu jangan takut'. Makanya saya merasa sangat-sangat kehilangan," sambungnya dengan suara bergetar.
Suasana prosesi pemakaman Mahesya Putra, salah satu jenazah korban kecelakaan bus yang melibatkan rombongan SMK Lingga Kencana Depok, di TPU Parung Bingung, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024). Foto: Fadhil Pramudya/kumparan
Sang ibu mengaku, Mahesya hanya dibayar Rp 50 ribu atas jerih payahnya mengangkut pasir. Namun meski tak banyak Mahesya masih menyisihkan setengahnya untuk diberikan kepada ibunya.
"Adiknya 4, yang balita 2 kembar, sama yang TK sama yang udah remaja sih. Yang remaja udah putus sekolah karena ya mungkin biaya dia karena itu mau bangkitin, mengangkat derajat orang tuanya. Dia mungkin ngeliat adiknya udah putus sekolah itu karena biaya jadi dia nekat bahagiakan ibunya sama adik-adiknya," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Rosdiyana, Mahesya juga dicintai oleh teman-teman dan juga tetangga sekitar rumah. Wanita itu mengaku masih merasakan kehilangan yang mendalam atas kepergian Mahesya.
Keluarga dan kerabat membawa foto korban kecelakaan bus rombongan SMK Lingga Kencana Depok di rumah duka, Parung Bingung, Depok, Jawa Barat, Minggu (12/5/2024). Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO
"Ya, merasa kehilangan, dia memang tulang punggung keluarga, dia juga biaya sendiri, dia juga tahu ayahnya, gimana ayahnya enggak ini [perhatian] ama saya, ama dia juga kurang. Jadinya ya dia jadi tulang punggung keluarga," tutupnya.
Dalam kecelakaan itu, Mahesya menjadi salah satu dari 11 korban yang meninggal.
Sang ibu mengaku masih sempat bisa menghubungi Mahesya sebelum kejadian pada Sabtu (11/5) malam. Rosdiyana baru mengetahui kondisi Mahesya dari informasi yang didapat di grup komunikasi wali murid.