Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Obituari Paus Fransiskus: Pemimpin Umat Katolik yang Sederhana dan Merangkul
21 April 2025 16:08 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
Paus Fransiskus telah tutup usia, seperti diumumkan Vatikan dalam pernyataan video pada Senin (21/4).
ADVERTISEMENT
Ia merupakan sosok yang mengubah wajah kepausan modern dengan gaya yang sederhana dan menjadikan Gereja Katolik lebih inklusif (merangkul/akomodatif).
Sejak terpilih pada 2013 sebagai paus non-Eropa pertama dalam 1.300 tahun, Fransiskus mewarisi Gereja yang terbelah. Polarisasi paling tajam muncul di AS, tempat Katolik konservatif banyak bersekutu dengan sayap kanan politik.
Namun, lapor Reuters, ia juga mendapat kritik karena sikap inklusifnya. Paus membuka ruang bagi perempuan dan Muslim dalam ritual, bersikap lebih ramah terhadap LGBT, hingga menyetujui berkat bersyarat bagi pasangan sesama jenis pada 2023.
Ia juga dikenal melonggarkan tradisi lama seperti larangan terhadap Misa Latin dan memperbolehkan umat awam, termasuk perempuan, memimpin departemen di Vatikan.
Ketegangan memuncak setelah kematian Benediktus XVI pada 2022.
Fransiskus melucuti hak istimewa Kardinal AS Raymond Burke dan memecat Uskup konservatif Joseph E. Strickland pada 2023.
ADVERTISEMENT
Dalam menyikapi isu global, Fransiskus belum berhasil mewujudkan perdamaian di Ukraina meski terus menyerukan gencatan senjata.
Paus menunjuk hampir 80 persen dari kardinal yang akan memilih paus berikutnya, memperbesar peluang keberlanjutan visi progresifnya, meski pengganti yang lebih moderat tetap mungkin muncul.
Skandal Gereja hingga Dialog Lintas Agama
Paus Fransiskus menghadapi tantangan besar dalam upayanya memulihkan reputasi Gereja Katolik di tengah skandal pelecehan seksual.
Meski sebagian besar kasus terjadi sebelum masa kepausannya, ia menggelar pertemuan puncak pada 2019 dan menghapus “kerahasiaan kepausan” untuk mendorong transparansi. Tapi kelompok korban menilai langkah tersebut masih kurang.
Pandemi COVID-19 memaksa Fransiskus membatalkan perjalanan dan kehilangan kontak langsung dengan umat.
Meski begitu, ia memanfaatkan momen tersebut untuk menyerukan solidaritas global dan mengecam “nasionalisme vaksin”.
ADVERTISEMENT
Pada 2020, ia memecat Kardinal Angelo Becciu yang terlibat dalam kasus penggelapan dana Vatikan. Becciu akhirnya divonis bersalah pada Desember 2023 dan dijatuhi hukuman lima setengah tahun penjara.
Fransiskus juga memperkuat dialog lintas agama, menjadi paus pertama yang mengunjungi Jazirah Arab pada 2019 dan Irak pada 2021.
Meski mendapat kritik dari kaum konservatif, ia menandatangani dokumen persaudaraan antar agama dengan pemimpin Muslim.
Gaya Hidup Sederhana yang Mengubah Wajah Kepausan
Paus Fransiskus menarik simpati dunia sejak awal masa jabatannya pada 13 Maret 2013.
Dalam sambutan perdananya dari balkon Basilika Santo Petrus, ia menyapa dengan sederhana, “Saudara-saudari, selamat malam,” alih-alih salam tradisional Gereja. Ia adalah paus pertama dari Amerika Latin, pertama dari ordo Jesuit, dan pertama dalam enam abad yang menggantikan paus yang mengundurkan diri.
ADVERTISEMENT
Fransiskus memilih nama dari Santo Fransiskus dari Assisi, simbol perdamaian, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Ia menolak atribut kepausan mewah seperti jubah “mozzetta”, salib emas, dan sepatu merah, tetap memakai salib perak lama, sepatu hitam sederhana, dan jam tangan plastik senilai USD 20.
Saat pertama kali bertemu wartawan, ia menyatakan: “Betapa saya menginginkan Gereja yang miskin dan untuk orang miskin.”
Menolak tinggal di apartemen kepausan mewah, Fransiskus memilih tinggal di Santa Marta—hotel sederhana di Vatikan tempat para kardinal menginap selama konklaf.
Ia menyebut keputusan itu “menyelamatkan hidupnya” karena membuatnya terhindar dari isolasi.
Ia juga menyingkirkan limusin antipeluru, menggantinya dengan mobil Ford Focus tanpa pengawalan ketat.
Perjalanan perdananya sebagai paus adalah ke Pulau Lampedusa, Italia, untuk menghormati para migran yang tewas di Laut Mediterania.
ADVERTISEMENT
Di sana, ia mengingatkan dunia soal “globalisasi ketidakpedulian,” mengajak semua pihak untuk lebih peduli pada penderitaan sesama.
Efek Fransiskus
Sejak awal masa kepausannya, Paus Fransiskus membawa angin perubahan yang tak selalu disambut hangat oleh para petinggi Gereja Katolik.
Namun, gaya hidup sederhana dan pendekatannya yang membumi mulai menular ke jajaran bawah Gereja—fenomena yang disebut sebagai “Efek Fransiskus”.
Paus asal Argentina ini dikenal suka melakukan “cold call” atau panggilan telepon langsung kepada umat yang sedang berduka atau menghadapi masalah, tanpa perantara atau pengawalan resmi.
Ia hanya membuka percakapan dengan kalimat yang membuat banyak orang terkejut: “Ini Fransiskus. Benar, ini Paus Fransiskus.”
Di suatu momen, Paus pernah menjawab pertanyaan jurnalis soal pendeta gay saat penerbangan pulang dari Brasil pada 2013 dengan berkata, “Jika seseorang gay dan mencari Tuhan dan memiliki niat baik, siapakah saya untuk menghakiminya?”
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu tak mengubah doktrin Gereja, namun menegaskan preferensi Fransiskus terhadap belas kasih dibanding kecaman.
Ia juga menyerukan perubahan dari dalam Gereja. Fransiskus menolak gaya hidup mewah para uskup dan kardinal, dan meminta mereka menjauh dari ambisi pribadi.
ADVERTISEMENT
Ia mengecam keras sistem yang lebih peduli pada jatuhnya nilai investasi dibandingkan kematian orang miskin.
Sampai hari ini, Fransiskus masih dikenal sebagai pendukung setia klub sepak bola San Lorenzo di Buenos Aires.
Meski telah lama meninggalkan Argentina, dalam wawancara tahun 2018 ia berkata, “Saya hanya merindukan jalanan. Saya seorang callejero—orang jalanan. Saya benar-benar ingin bisa jalan-jalan lagi, tapi sekarang tidak bisa.”